Tubaba– Masyarakat sering kali mendengar istilah Masa Tenang. Di saat-saat ini, aktivitas kampanye politik diharapkan berhenti, dan suasana menjadi lebih kondusif. Namun, apakah Masa Tenang benar-benar menciptakan ketenangan bagi semua pihak?
Seperti halnya menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 27 November 2024 saat ini. Masa Tenang yang berlangsung selama 3 hari sejak sebelum hari pemungutan suara atau terhitung dari tanggal 24-26 November 2024, bertujuan untuk memberikan ruang bagi masyarakat untuk merenung, tanpa gangguan kampanye yang intens.
Bagi para pemilih, masa ini seharusnya menjadi waktu untuk memantapkan pilihan tanpa tekanan dari calon atau tim sukses. Namun, di lapangan, ketenangan yang diharapkan justru sering berubah menjadi ketegangan yang baru.
Salah satu hal yang menjadi sorotan adalah potensi penyebaran informasi yang tidak terverifikasi atau hoaks. Di Masa Tenang, meskipun kampanye langsung sudah berhenti, media sosial sering kali menjadi medan baru untuk perdebatan dan penyebaran berita palsu. Banyak akun anonim yang menyebar berita yang berpotensi menyesatkan, mengarah pada polarisasi dan ketidakpastian.
Masa Tenang memang menciptakan suasana di permukaan, namun ketegangan sosial justru bisa meningkat karena informasi yang saling bertentangan.
Bagi para calon dan tim sukses, Masa Tenang bukanlah waktu yang sepenuhnya “Tenang”. Bagi mereka, ini adalah masa untuk memonitor dan memastikan tidak ada serangan politik atau kampanye hitam yang muncul pada detik-detik terakhir. Beberapa tim sukses bahkan sering kali terlibat dalam debat sengit di balik layar mengenai cara terbaik untuk menjaga “Strategi Akhir” mereka.
Selain itu, larangan berkampanye atau melakukan kegiatan yang mendukung kandidat tertentu juga menambah beban psikologis bagi mereka yang telah terlibat dalam politik praktis.
Masing-masing calon tetap harus menjaga relasi dengan masyarakat, dan seringkali muncul tekanan dari berbagai pihak untuk mempertahankan dukungan. Masa Tenang ini justru kadang-kadang jadi waktu penuh stres.
Dari sisi pemilih, Masa Tenang seringkali memberikan kebingungannya sendiri. Walaupun tujuannya adalah memberi ruang bagi pemilih untuk merenung, banyak pemilih merasa justru lebih cemas dan bingung.
Apalagi, di era digital, Masa Tenang sering kali dilanggar secara tidak langsung melalui berbagai platform digital. Sering kali, meskipun tidak ada kampanye fisik yang terjadi, serangan informasi digital tetap berlangsung, dari meme yang bersifat satir hingga opini yang menggiring opini publik. Dengan begitu, meskipun ada regulasi yang membatasi aktivitas kampanye, ruang digital justru menjadi area abu-abu yang sulit dikendalikan.
Masyarakat kini semakin terbiasa dengan informasi yang cepat dan instan. Karena itu, Masa Tenang, yang dimaksudkan untuk memberi waktu bagi pemilih untuk memilih secara lebih objektif, sering kali tidak efektif dalam memadamkan gejolak sosial yang terjadi di media sosial.
Masa Tenang memang dimaksudkan untuk menurunkan tensi politik menjelang pemilihan, namun dalam kenyataannya, ketenangan tersebut seringkali menjadi ilusi. Ketegangan yang terpendam di balik layar, ditambah dengan dinamika digital yang sulit dikendalikan, menciptakan suasana yang jauh dari tenang. Mungkin, yang sebenarnya diperlukan bukan hanya Masa Tenang, tetapi juga cara-cara baru untuk menciptakan keterbukaan, transparansi, dan dialog yang konstruktif, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Penulis : Rian