BANDAR LAMPUNG – Dalam memperingati Hari Museum Indonesia yang ke 63 tahun, UPTD Museum Negeri Lampung menggelar Pameran Temporer dengan tema “Logam (yang) Mulia dalam Bingkai Budaya Lampung”.
Pameran ini menampilkan koleksi istimewa yang merekam jejak perjuangan rakyat Lampung dalam melawan penjajah sekaligus merawat budaya.
Pamong Budaya Ahli Madya Museum Lampung, I Made Giri Gunadi, S.S., M.Si., menuturkan, pameran ini menjadi momentum khusus untuk menghidupkan kembali nilai perjuangan melalui koleksi yang dimiliki.
“Koleksi-koleksi ini tampak bisu, namun sejatinya menyimpan cerita panjang tentang perjuangan tentang perlawanan dan cita-cita kemerdekaan”, ujarnya. Senin (27/10/2025).
Menurutnya, Pameran Tempirer “Logam (yang) Mulia” mengajak pengunjung menelusuri perjalanan panjang logam sebagai bagian dari sejarah peradapan manusia. Nilai praktis dan maknanya yang sakral menjadikan logam bukan hanya bahan material, tetapi juga simbol kemuliaan dan ketahanan budaya. Melalui pamearan ini pengunjung diajak memahami bagaimana logam membentuk dan merekam jejak peradaban.
Di Lampung, tradisi logam masih hidup hingga saat ini, Kuningan menjadi logam utama yang mencerminkan nilai-nilai kemuliaan, kesakralan dan identitas sosial masyarakat Lampung. Melalui Pameran “Logam (yang) Mulia”.
Pameran ini diharapkan tidak hanya memberikan pengetahuan baru, tetapi juga meninggalkan kesan yang mendalam bagi pengunjung, “kami ingin masyarakat membawa pulang pesan bahwa perjuangan tidak hanya tercermin dalam pertempuran fisik, tetapi juga dengan simbol-simbol budaya yang diwariskan hingga kini”, ujar I Made.
Museum Lampung menegaskan kembali bahwa logam bukan sekadar artefak masa lalu, tetapi juga simbol keabadian budaya. Ia adalah saksi perjalanan manusia dari masa ke masa, logam yang sesungguhnya mulia.(ADV)


